Merah putih ukuran 130 meter x 90 meter dibentangkan oleh anggota Brigif
6/2 Kostrad, Palur, Sukoharjo bersama masyarakat, menyelimuti aliran
Sungai Bengawan Solo, Sabtu (17/8/2013). Pembentangan bendera itu dalam
rangka memperingati HUT ke-68 RI.
Lirik lagu kebangsaan Indonesia berjudul Indonesia Raya
dikumandangkan oleh tamu undangan di bantaran Sungai Bengawan Solo,
sekitar Jembatan Bacem, Desa Telukan, Kecamatan Grogol, Sukoharjo, Sabtu
(17/8/2012).
Seiring dinyanyikannya lagu Indonesia Raya, sebuah bendera merah
putih raksasa ukuran 90 meter x 130 meter dibentangkan. Puluhan warga
menarik kain merah putih berbentuk bendera. Acara itu digelar untuk
memeriahkan HUT ke-68 RI. Seperti pengibaran bendera merah putih, usai
lirik lagu Indonesia Raya rampung, selesai juga penarikan dan
terbentanglah bendera merah putih. Merah putih menyelimuti aliran Sungai
Bengawan Solo yang mengalir sampai jauh. Kegiatan itu dicatat dalam
Museum Rekor Indonesia (MURI) pada piagam 6092.
Aksi itu menggugurkan rekor lama yang dicetak Kodam IX Udayana, Bali
dengan ukuran 120 meter x 72 meter. Danbrigif 6/2 Kostrad, Kolonel (Inf)
Kunto Arif Wibowo menyatakan, bendera tersebut dijahit tangan oleh
sembilan anggotanya selama 10 hari. Bentangan bendera itu akan dilakukan
selama sepekan.
“Kami (anggota brigif) hanya menyangga namun yang menarik bendera
masyarakat. Ada sekitar 500-an warga yang menarik agar bendera
terbentang,” ujarnya.
Diceritakan oleh perwira melati tiga, salah satu alasan kenapa Sungai
Bengawan Solo dipilih menjadi tempat pembentangan bendera raksasa,
karena aliran sungai bisa menjadi jalur transportasi dan munculnya
peradaban.
“Kami ingin mengingatkan kembali pentingnya kebersamaan. Dari hal
kecil inilah upaya kebersamaan kami bangkitkan. Tidak ada perbedaan
profesi, kasta. Semua menarik merah putih karena bangga dan
senang hidup di tanah air Indonesia,” tegasnya.
Selain bentangan bendera raksasa di bantaran sungai juga dipasang
bendera merah putih. Sebanyak 25.000-an bendera dipasang dari Wonogiri
hingga Sragen. Pantauan solopos.com, ribuan orang melihat kegiatan itu.
ada yang nekat memanjat tiang Jembatan Bacem ataupun turun ke sungai dan
berteduh di bawah daun pisang. Warga yang berdatangan juga mengabadikan
momentum itu dari ponsel, ipad ataupun kamera yang dibawa.
Bupati Sukoharjo, Wardoyo Wijaya berharap jiwa nasionalisme terpatri
dan mengalir sampai jauh. Bupati berharap, kepentingan pribadi dan
golongan ditinggalkan untuk membangun rasa nasionalisme.
“Saya ucapkan selamat bagi masyarakat Sukoharjo yang telah mampu
mencetak rekor MURI baru, yakni membentangkan bendera ukuran 90 meter x
130 meter. Gagasan dan ide besar TNI dan masyarakat ini perlu diteruskan
agar tertanam rasa nasionalisme.”
(Trianto Hery Suryono/JIBI/Espos)
Minggu, 18 Agustus 2013
Rabu, 14 Agustus 2013
Pantai Nglombar, Gunung Kidul
Ternyata ada pantai tersembunyi diantara pantai Siung dan pantai Jogan.
Akses Tentu saja, jika ingin menuju ke pantai ini anda harus menuju
ke-arah pantai Siung terlebih dahulu. Setelah melewati Tempat Pemungutan
Retribusi (TPR) Pantai Siung kemudian berjalan lurus mengikuti jalanan
aspal di pantai Siung. Kemudian anda akan menemukan tikungan ke kiri
menuju Pantai Siung. Di tikungan tersebut ada jalan tanah berkapur yang
belum dihaluskan. Jalan itulah yang harus anda ikuti jika anda akan
menuju ke pantai Nglambor. Jalan menuju pantai Nglambor masih berupa
tanah berbatu dan berkapur. Hati-hati dalam mengendarai motor anda,
karena jalanan tersebut bisa terasa sangat licin, apalagi di turunan
terakhir menuju pantai. Anda harus ekstra hati-hati. (www.gunungkidultourism.com)
Dari Yogyakarta – Jalan Wonosari – Bukit Patuk – Rest Area Bunder – Bundaran Siyono – Kota Wonosari – Arah Pantai Siung – Setelah Gapura Masuk Pantai Siung – Sebelum Masuk Kawasan Pantai Siung ada jalan kecil semen ke kanan setelah pantai Jogan (Plang Pantai Nglambor) – Lurus Sampai Ujung – Tiba di Pantai Nglambor (teamtouring.net)
Selain memiliki panorama yang indah, Pantai Nglambor juga terbilang masih perawan sehingga sangat cocok untuk bersantai sekaligus menghilangkan stres. (Wheny Marissa)
Minggu, 11 Agustus 2013
Candi Gedong Songo
Candi Gedong Songo berada di lereng Gunung Ungaran, tepatnya di Candi Gedongsongo, Dusun Darum, Desa Candi, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang dan kompleks candi ini dibangun pada abad ke-9 Masehi. Gedong Songo berasal dari bahasa Jawa, “Gedong” berarti rumah atau bangunan, “Songo” berarti sembilan. Jadi Arti kata Gedongsongo adalah sembilan (kelompok) bangunan. (seputarsemarang.com)
Candi Gedong Songo ini banyak kemiripan dengan candi yang ada di Dieng yang berada di Kabupaten Banjarnegara (petualangan selanjutnya). Komplek candi ini di buat berderet dari bawah ke atas perbukitan mengintari kawah sumber air panas.
Dimana komplek candi di Dieng juga banyak kawah air panas yang berada
tak jauh dari pusat candi. Pembuatan candi yang simetris dan berada atas
bukit menunjukan perpaduan dari dua religi yaitu lokal yang menganut
kepercayaan terhadap nenek moyang dan budaya hindu dimana candi sebagai
tempat tinggal para dewa. Candi yang dibuat kuncup ke atas mirip dengan
budaya jaman batu yaitu punden berundak-undak. Prinsipnya bawah semakin
ke puncak, maka roh nenek moyang semakin dekat dengan manusia. Nah,
kedua budaya ini menyatu di Candi Gedong Songo dengan mendefinisikan
sebagai tempat persembahan untuk roh nenek moyang dimana tempat untuk
melakukan prosesi tersebut berada di komplek candi yang berada di atas perbukitan. (coretanpetualang.wordpress.com)
Untuk menempuhnya, diperlukan perjalanan sekitar 40 menit dari Kota Ambarawa dengan jalanan yang naik, dan kemiringannya sangat tajam (rata-rata mencapai 40 derajat). Lokasi candi juga dapat ditempuh dalam waktu 10 menit dari obyek wisata Bandungan. Berikut daftar jarak tempuh menuju candi ini.
- Gedong Songo - Ungaran : 25 km
- Gedong Songo - Ambarawa : 15 km
- Gedong Songo - Semarang : 45 km
Kamis, 25 Juli 2013
Minggu, 21 Juli 2013
CANDI BARONG, YOGYAKARTA
Candi ini mendapatkan nama 'barong' karena memiliki hiasan kala dan makara pada setiap relung seperti umumnya candi di Jawa, yang mirip dengan barong.
Kompleks candi ini berada di atas tanah berundak 3 dengan beberapa
bangunan candi pada setiap terasnya. Pada teras tertinggi terdapat dua
buah candi untuk pemujaan Dewa Wisnu dan Dewi Sri. Masing-masing candi ini mempunyai ukuran kira-kira 8 meter x 8 meter dengan tinggi 9 meter.(http://id.wikipedia.org/ )
Cara menuju Candi Barong:
Dari arah Yogya:
1.Dari Bandara adisucipto: Keluar melalui pintu bawah tanah lalu naik bus trans jogja arah Prambanan, turun di halte prambanan lalu naik ojek
2.Dari Terminal Giwangan: Naik bus Jogja-Solo turun di prambanan lalu naik ojek
3.Dari Terminal Jombor: naik bus kuning jurusan prambanan turun di prambanan lalu naik ojek
4.Dari Stasiun Tugu atau Lempuyangan naik Pramek turun di Bandara adisucipto lalu naik bus trans jogja arah Prambanan, turun di halte prambanan lalu naik ojek
Catatan: lalu naik ojek bisa diganti dengan jalan kaki sekitar 2,5 km. yakni dari pasar/halte Prambanan ke selatan (ke arah bukit kranglebih 1,5km) Pada persimpangan berbentuk “T” arah ke kanan menuju situs Kraton Boko. Lalu kekiri dan akan bertemu tikungan dengan 3 arah. Pada dua arah yang kiri dan tengah adalah menuju Candi Barong, sedangkan yang kanan menuju Kraton Boko tetapi masuk dari arah Pendopo Keputren (melintasi kampung penduduk).Silakan ambil jalur tengah karena lebih mudah dan lebih dekat.
(http://yogyatrip.com)
Cara menuju Candi Barong:
Dari arah Yogya:
1.Dari Bandara adisucipto: Keluar melalui pintu bawah tanah lalu naik bus trans jogja arah Prambanan, turun di halte prambanan lalu naik ojek
2.Dari Terminal Giwangan: Naik bus Jogja-Solo turun di prambanan lalu naik ojek
3.Dari Terminal Jombor: naik bus kuning jurusan prambanan turun di prambanan lalu naik ojek
4.Dari Stasiun Tugu atau Lempuyangan naik Pramek turun di Bandara adisucipto lalu naik bus trans jogja arah Prambanan, turun di halte prambanan lalu naik ojek
Catatan: lalu naik ojek bisa diganti dengan jalan kaki sekitar 2,5 km. yakni dari pasar/halte Prambanan ke selatan (ke arah bukit kranglebih 1,5km) Pada persimpangan berbentuk “T” arah ke kanan menuju situs Kraton Boko. Lalu kekiri dan akan bertemu tikungan dengan 3 arah. Pada dua arah yang kiri dan tengah adalah menuju Candi Barong, sedangkan yang kanan menuju Kraton Boko tetapi masuk dari arah Pendopo Keputren (melintasi kampung penduduk).Silakan ambil jalur tengah karena lebih mudah dan lebih dekat.
(http://yogyatrip.com)
Rabu, 03 Juli 2013
Sabtu, 11 Mei 2013
Mangkunegaran Performing Art 2013
Tari Bedhaya (baca bedoyo) Bedah Madiun diciptakan oleh KGPAA
Mangkunegara VII dan ditarikan oleh 7 penari putri. Tarian klasik dan
sakral ini merupakan tarian yang unik karena kostum dan gerakannya hanya
ditemukan di Puro Mngkunegaran.
Tarian sakral ini menceritakan tentang perselisihan
antara Panembahan Senopati dengan Kadipaten Madiun yang dipimpin oleh
Adipati Madiun. Setelah Adipati Madiun kalah, dengan pertempuran
dilanjutkan oleh anaknya yang bernama Retno Ismiah. Tetapi bertemu
dengan Panembahan Senopati, dia jatuh hati padanya. Akhirnya keduanya
mengakhiri pertempuran dan memadu kasih.
Tari Harjuna Newata Kawaca, yang menceritakan tentang peperangan Raden
Harjuna dari Madukara melawan Prabu Newata Kawaca dari Kerajaan
Himalmantaka. Tarian tersebut diciptaan dari KGPAA Mangkunegara V yang
merupakan salah satu tarian bercirikan kepahlawanan.
Singkat cerita, peperangan sengit terjadi antara Raden Harjuna dan Prabu Newata Kawaca yang akhirnya berhasil dimenangkan oleh Raden Harjuna.
Singkat cerita, peperangan sengit terjadi antara Raden Harjuna dan Prabu Newata Kawaca yang akhirnya berhasil dimenangkan oleh Raden Harjuna.
Raja Lesanpura yang marah dan
dendam kepada Prabu Inu Kertapati karena Prabu Inu Kertapati berhasil
memperistri Dewi Galuh Candrakirana sebagai Permaisuri di kerajaan
Jenggala.
Meskipun
telah kalah dalam sayembara memperistri Dewi Galuh Candrakirana, Prabu
Klana Sewandana terus berupaya untuk memperistri Dewi Galuh Candrakirana
meskipun sudah tahu Dewi Galuh telah menjadi permaisuri di kerajaan
Jenggala, diperistri oleh Prabu Inu Kertapati.
Perkelahian
anatara Prabu Klana Sewandana dan Prabu Inu Kertapati pun menjadi
peperangan anatara Kerajaan Lesanpura dan Kerajaan Jenggala.
Tari gemulai empat penari ini dicipta pada era Mangkunegara V
(1881-1886). Srimpi ini menggambarkan prajurit perempuan yang tengah
berlatih olah kanuragan. Itulah mengapa penari menggunakan cundrik atau
keris kecil dan panah. Srimpi Mandrarini menjadi pengingat bahwa
Mangkunegaran mempunyai sejarah keprajuritan perempuan seperti dirintis
Matah Ati.
Langganan:
Postingan (Atom)