Pada Candi Morangan ditemukan pula yoni dengan ukuran yang cukup besar. Pada saat ditemukan yoni tersebut masih in situ. Sedangkan lingga yang seharusnya ada dan menjadi pasangan dari yoni tidak ditemukan lagi. Pada saat ditemukan yoni tersebut masih dalam keadaan baik sekalipun pada bagian ceratnya sudah hilang. Pada kompleks Candi Morangan ini juga ditemukan pula arca resi dan sejumlah arca lain di dalam relung-relung candi. Arca-arca ini sebagian besar belum dapat diidentifikasikan. Kecuali itu Candi Morangan belum dapat diamati secara sempurna karena bangunan candi belum dapat direkonstruksi kembali. Hal ini disebabkan oleh karena sebagian bangunan candi masih belum ditemukan (terpendam) di dalam tanah.(http://candidiy.tripod.com)
Rabu, 15 Januari 2014
Candi Morangan, SlemanDIY
Candi Morangan adalah candi Hindu yang berada di dusun Morangan, kelurahan Sindumartani, kecamatan Ngemplak, Sleman, Yogyakarta, dan berada sangat dekat dengan Kali Gendol (100 meter sebelah barat) dan paling utara mendekati Gunung Merapi. (http://id.wikipedia.org)
Pada Candi Morangan ditemukan pula yoni dengan ukuran yang cukup besar. Pada saat ditemukan yoni tersebut masih in situ. Sedangkan lingga yang seharusnya ada dan menjadi pasangan dari yoni tidak ditemukan lagi. Pada saat ditemukan yoni tersebut masih dalam keadaan baik sekalipun pada bagian ceratnya sudah hilang. Pada kompleks Candi Morangan ini juga ditemukan pula arca resi dan sejumlah arca lain di dalam relung-relung candi. Arca-arca ini sebagian besar belum dapat diidentifikasikan. Kecuali itu Candi Morangan belum dapat diamati secara sempurna karena bangunan candi belum dapat direkonstruksi kembali. Hal ini disebabkan oleh karena sebagian bangunan candi masih belum ditemukan (terpendam) di dalam tanah.(http://candidiy.tripod.com)
Candi perwara
sendiri menghadap kearah timur. Ukurannya adalah 4 x 4. Sesuatu yang membedakan
Candi Morangan dengan candi yang lain adalah panel relief yang merupakan bagian
dari cerita Tantri Kamandaka tentang seekor Harimau yang tertipu oleh seekor
kambing, karena selama ini relief itu hanya ditemukan pada candi untuk Agama
Budha.(http://gudeg.net/id/)
Pada Candi Morangan ditemukan pula yoni dengan ukuran yang cukup besar. Pada saat ditemukan yoni tersebut masih in situ. Sedangkan lingga yang seharusnya ada dan menjadi pasangan dari yoni tidak ditemukan lagi. Pada saat ditemukan yoni tersebut masih dalam keadaan baik sekalipun pada bagian ceratnya sudah hilang. Pada kompleks Candi Morangan ini juga ditemukan pula arca resi dan sejumlah arca lain di dalam relung-relung candi. Arca-arca ini sebagian besar belum dapat diidentifikasikan. Kecuali itu Candi Morangan belum dapat diamati secara sempurna karena bangunan candi belum dapat direkonstruksi kembali. Hal ini disebabkan oleh karena sebagian bangunan candi masih belum ditemukan (terpendam) di dalam tanah.(http://candidiy.tripod.com)
Sabtu, 11 Januari 2014
Candi Kedulan, Kab. Sleman
Candi Kedulan yang terletak di Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, sekitar 2,5 km dari Candi Sambisari.Candi ini sedang dalam proses penggalian dan rekonstruksi, karena pada saat ditemukan, reruntuhan candi dalam keadaan tertimbun tanah yang berasal dari lahar G. Merapi. (http://candi.pnri.go.id)
Candi ini ditemukan terpendam dalam tanah sekitar 7 m dan diketemukan secara tidak sengaja oleh penambang pasir pada 24 November 1993. Lokasi candi merupakan tanah kas desa yang kurang subur dikarenakan banyak mengandung pasir sehingga akhirnya tanah ini pun dijadikan lokasi penambangan pasir.
Lokasi candi kedulan sangat mirip dengan keadaan candi sambisari yaitu sama-sama di kedalaman sekitar 7 m. Dilokasi penggalian tersebut ditemukan reruntuhan candi induk, yoni beserta 3 buah candi perwara. Untuk candi induk saat ini batu-batunya dipindahkan sementara ke atas pada sebuah tempat untuk dilakukan percobaan rekonstruksi sementara, sedangkan untuk ke 3 candi perwara masih berada di lokasi karena penggalian candi perwara ini terhalang tanah pertanian warga. Jadi ke 3 candi perwara ini sebagian masih terpendam dan sebagian batu-batu berserakan di lokasi penggalian. Selain itu karena lebih rendahnya lokasi candi dibandingkan sungai terdekat sehingga di lokasi penemuan candi ini belum bisa dibuatkan saluran pembuangan air seperti di candi sambisari. Akibatnya apabila sudah musim penghujan lokasi penemuan candi ini akan tergenang air dan berubah menjadi kolam. (http://tarabuwana.blogspot.com)
Senin, 06 Januari 2014
Minggu, 05 Januari 2014
Masjid Menara Kudus
Bangunan
dengan bahan baku bata merah yang berlokasi di kawasan Kudus Kulon ini dibuat
oleh sunan kudus pada tahun 1685 M, menjadi kebanggaan masyarakat dan simbul
Kota Kudus.
Menara Kudus terdapat di depan Masjid Al-Aqsa.
Menara
Kudus bangunan yang memiliki nilai sejarah dan arkeologis.
Menara Kudus merupakan hasil alkuturasi dari kebudayaan Hindu dan Islam.
Di belakang masjid juga terdapat makam Sunan Kudus.
Puluhan ribu orang memenuhi kompleks Menara Kudus khususnya
saat dilangsungan prosesi ritual buka larung makam Sunan Kudus pada tanggal 10
Asyura.
Kamis, 02 Januari 2014
masjid wali loram kulon, Kudus
Masjid AT-TAQWA yang lebih dikenal masyarakat
dengan sebutan "Masjid Wali" berada di daerah Loram Kulon, kecamatan
Jati, kabupaten Kudus. Luas tanah 959 m2 dan luas taman 40 m2 .Didirikan
pada tahun 1596-1597 abad ke 15 pada masa Hindu Budha menuju ke islam,
oleh Tjie Wie Gwan, salah seorang pengembara dari kerajaan Campa, Cina. (http://memed.wen.ru)
Cagar budaya
Meskipun begitu, gapura masjid yang berbentuk seperti pura tetap
dipertahankan. Pada 1996 Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa
Tengah menetapkan gapura yang merupakan peninggalan sejarah berusia
ratusan tahun tersebut sebagai bangunan cagar budaya.
"Selain gapura, masih ada sejumlah peninggalan lain berupa beduk, sumur,
dan ukiran Sungging Badar Duwung. Beberapa peninggalan lain yang pernah
ditemukan, seperti gentong berbentuk kepala barongan dan tangga menara
masjid, sudah tidak diketahui lagi jejaknya," ujar Afroh.
Tak jauh dari Masjid Wali, tepatnya di timur masjid, terdapat rumah
gebyok atau rumah adat Kudus yang dilestarikan. Rumah itu penuh dengan
ukiran, beberapa bagian bangunannya terbuat dari kayu jati.
”Sepasang Pengantin yang salah satu atau keduanya merupakan warga desa Loram, wajib mengelilingi gapura Masjid sebanyak 3 kali sambil membaca “Allahumma barik lana bil khoir” (Ya Allah berkahilah kami dengan kebaikan). (http://priyatmaja.blogspot.com)
Langganan:
Postingan (Atom)