Minggu, 19 Januari 2014

pantai goa cemara, Bantul, DIY

Pantai Goa Cemara berlokasi di dusun Patehan, Gadingsari, Sanden, Bantul.
Pantai ini berjarak kurang lebih sekitar 30 km di selatan pusat kota Jogja.

Nama Pantai Goa Cemara ini mungkin masih terasa asing bagi pelancong yang berasal dari luar kota Yogyakarta.
Disebut Goa Cemara karena disepanjang pantai ini ditumbuhi rimbunan pohon cemara udang (casuarina equessetifolia) yang membentuk lorong di tengah-tengahnya mirip seperti goa.
Seperti halnya pantai-pantai di daerah Bantul lainnya, pantai ini mempunyai pasir berwarna hitam dan berombak besar.

Masyarakat sekitar lah yang menamai pantai ini dengan Goa Cemara karena sejak awal mereka telah memiliki kesadaran memelihara lingkungan pantai dengan menanam dan merawat pohon cemara udang yang bermanfaat untuk mencegah abrasi.


















Pantai Goa Cemara memiliki ciri khas pantai selatan dengan pasir hitam yang lembut namun mempunyai ombak yang besar. Sehingga Anda perlu hati-hati jika ingin bermain Air.











Ditambah angin pantai yang sepoi-sepoi membuat orang betah berlama-lama di pantai ini. Sambil duduk beralas tikar atau di gazebo-gazebo yang tersebar di antara rindang pohon cemara, pengunjung bisa bercengkerama dengan keluarga sembari melepas penat.







Jumat, 17 Januari 2014

Masjid Saka Tunggal, Cikakak, Wangon, Banyumas

Bila kita mengenal masjid tertua di jawa adalah masjid demak, itu adalah salah. masjid tertua di jawa bahkan diyakini tertua di indonesia adalah

 
Masjid Saka tunggal terletak di Desa Cikakak Kecamatan Wangon, Banyumas. Tepatnya berada di titik koordinat geografi 7°28'26.05"S 109° 3'20.32"E.
Masjid saka tunggal menjadi satu satunya masjid di pulau Jawa yang dibangun jauh sebelum era Wali Sembilan (Wali Songo) yang hidup sekitar abad 15-16M. Sedangkan masjid ini didirikan tahun 1288 Masehi sebagaimana tertulis di prasasti yang terpahat di saka masjid itu. lebih tua dari kerajaan majapahit yang berdiri tahun 1294 Masehi. Diperkirakan masjid ini berdiri ketika masa kerajaan Singasari, 2 abad sebelum Wali Songo. Sekaligus menjadikan Masjid saka tunggal Baitussalam sebagai Masjid Tertua di Indonesia.
 sesampainya kita di sekitar masjid ini, kita akan disambut oleh penghuni lokal, yaitu monyet ekor panjang.
 monyet-monyet di sini sangatlah ramah, kita bisa memberi makan monye2, tetapi tetap jaga kebersihan ya!!
jangan beri makan monyet-monyet ini di depan masjid, guna menjaga kebersihan.



 karena masjid ini didirikan oleh Mbah Mustolih yang hidup semasa Kesultanan Mataram Kuno menjadikan Cikakak sebagai “markas” penyebaran agama Islam.







 masjid ini dibangun jauh sebelum masa Wali Songo, masjid ini kental dengan nuansa jawanya, ini bisa dilihat dari dindingnya yang masih berupa anyaman bambu, dan dari atapnya.







masyarakat setempat telah meyakini bahwa Mbah Mustolih sebagai pendiri masjid yang terletak sekitar 30 kilometer dari Kota Purwokerto ini. Karenanya , setiap tanggal 27 Rajab diadakan ziarah di masjid dan membersihkan makam Mbah Mustolih. Mbah Mustolih yang hidup semasa Kesultanan Mataram Kuno menjadikan Cikakak sebagai “markas” penyebaran agama Islam. makam Beliau tak jauh dari masjid yang belia dirikan


Ada keunikan dalam pelaksanaan ibadah yang dilaksanakan di masjid ini dan sampai saat ini masih berlangsung, yaitu dalam pelaksanaan salat Jumat. Selama menunggu dan setelah salat Jumat, jemaah berzikir dan bershalawat dengan nada seperti melantunkan kidung Jawa. Dengan bahasa campuran Arab dan Jawa, tradisi ini disebut tradisi ura ura.
Selain itu, semua ibadah, termasuk shalat sunnah, dilakukan secara berjamaah. Tradisi lainnya adalah, masjid ini tetap mempertahankan tidak menggunakan pengeras suara.







 Masjid saka tunggal karena masjid ini hanya memiliki satu tiang penyangga tunggal. Saka tunggal yang berada di tengah bangunan utama masjid, saka dengan empat sayap ditengahnya yang akan nampak seperti sebuah totem, bagian bawah dari saka itu dilindungi dengan kaca guna melindungi bagian yang terdapat tulisan tahun pendirian masjid tersebut.