Museum karst yang terletak
di Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri
,Akses jalan beraspal dan halus memudahkan wisatawan untuk berkunjung ke
Museum Karst. Anda bisa mencapainya dengan jarak tempuh sekitar 40 km
dari Kota Wonogiri. Sedangkan jarak tempuh dari Pacitan adalah sekitar
50 km, dan 55 km dari Kabupaten Gunungkidul.
Lokasi Museum karst ini berada pada
kawasan yang dikonservasikan , hal ini sesuai dengan fungsi museum
sebagai salah satu sarana untuk mengkonservasi keberadaan karst yang ada
di Indonesia.
Museum Karst adalah museum kebanggaan masyarakat Wonogiri. Ini merupakan
museum terunik dan terbesar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara.
Berlokasi di kawasan perbukitan Gamping semakin menambah daya tarik
museum untuk dikunjungi.
Sesuai dengan namanya, Karst merupakan
istilah dari bahasa Yugoslavia. Istilah ini merujuk pada wilayah yang
terdiri dari batuan yang mudah larut seperti batu gamping. Hamparan
sawah serta hutan jati dapat kita nikmati seraya memasuki kawasan Museum
Karst.
Kawasan karst di Pracimantoro ini dinilai terbaik oleh
para ahli sejarah dan geologi karena telah memenuhi kriteria keberagaman
gua-gua, struktur lapisan tanah, dan panorama alam yang khas. Kawasan
karst di wilayah ini dinilai lebih baik daripada kawasan karst yang ada
di Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Gunung Kidul.
Musium karst yang memiliki bentuk seperti piramida kerucut . Kawasan ini berciri
khas banyak memiliki gua-gua berstalaktit dan stalakmit dengan nilai
alami yang menarik. Di Desa Gebangharjo Kecamatan Pracimantoro - yang
menjadi pusat penelitian kawasan karst - terdapat puluhan gua yang unik
dan menakjubkan
Museum karst ini terbentuk asal proses
solusional yang berarti terbentuk atas pelarutan batuan gamping yang
membentuk suatu perbukitan karst. Menurut tempat
terjadinya bentukan karst dapat dibedakan menjadi bentukan endokarst
dan eksokarst. Eksokarst terletak dipermukaan , kontak langsung dengan
udara luar
Contoh eksokarst yaitu dolin, danau dolin, uvala, polje,
kubah karst, menara karst, dataran aluvial karst. Sedangkan ondokarst
terdapat didalam gua atau terowongan karst. Contohnya : gua, stalaktit,
stalakmit, kolom dan korden. Kerucut karst dipengaruhi oleh pola
struktur diaklas yang kecil-kecil dan bercabang serta kemampuan
pelarutan batuan.
Selanjutnya cerita
itu berkembang di masyarakat dan menjadi sumber sejarah. Sehingga
Musium karst ini selain digunakan untuk rekreasi, dapat juga digunakan
untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang benda- benda bersejarah
dan proses terbetuknya karst.
. Di sana terdapat Gua Tembus, Gua
Mrica, Gua Sodong, Gua Potro, Gua Sapen, dan Gua Gilap. Berdasarkan
penelitian para ahli sejarah dan geologi, kawasan gua-gua di
Pracimantoro Wonogiri layak dijadikan sebagai Museum Kawasan Karst
Dunia. Selain itu musium karst ini menyimpan kisah perjalanan kehidupan
manusia sejak zaman prasejarah hingga zaman kerajaan.
Museum
ini merupakan hasil kerjasama antara pemerintah Provinsi Jawa Tengah,
Kabupaten Wonogiri dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral untuk
membangun museum karst. .
Sabtu, 25 April 2015
Sabtu, 11 April 2015
hutan donoloyo, Slogohimo, Wonogiri
Hutan Donoloyo adalah Belantara hutan jati di Desa Watusono, Kecamatan Slogohimo, 40
kilometer dari kota Wonogiri, Jawa Tengah, ternyata menyimpan sebuah kisah sejarah.
Di dalam hutan jati yang disebut dengan Alas Donoloyo ini terdapat sisa-sisa
pohon jati yang tumbuh pada masa Kerajaan Majapahit, 700 tahun yang lalu.
Sekian ratus tahun berlalu, kini kelestarian Alas Donoloyo masih dijaga oleh keturunan Ki Ageng Donoloyo. Setiap hari, Dikromo, sang juru kunci hutan, ditemani istrinya, membersihkan kawasan tersebut, khususnya areal Punden. Apalagi menjelang Hari Jumat Pon dan Jumat Kliwon, karena pada hari itu banyak masyarakat datang memberikan sesajen. Pohon jati peninggalan Ki Ageng Donoloyo, hanya tersisa di areal Punden.
Konon, banyak peristiwa aneh terjadi menyangkut Alas Donoloyo. Seperti cerita awal mula digunakannya jati Donoloyo untuk pembangunan Masjid Demak, yakni akibat bayang-bayang ujung pohon jati Donoloyo yang kelihatan di Demak, meskipun jaraknya mencapai puluhan kilometer. Ki Ageng Donoloyo sendiri, dipercaya masih berada di Alas Donoloyo. Karena dari dulu hingga kini, belum diketahui dimana letak makam sang laskar setia majapahit ini.
Jati Donoloyo, rata-rata mempunyai panjang sepuluh meter, dengan garis tengah satu meter, sehingga dinilai sebagai kayu jati dengan kualitas terbaik yang pernah ada. Tak heran jika Masjid Demak serta Keratonan Surakarta, dibangun dari kayu jati Donoloyo.
Saat ini dengan areal seluas lima hektar, alas Jati Donoloyo mulai menunjukkan tanda-tanda kepunahan. Kayu-kayu jati yang terlihat kokoh, sesungguhnya sudah lapuk dimakan zaman.
Kelihatannya, tinggal menunggu waktu, Alas Donoloyo yang menjadi bukti kesetiaan seorang laskar di era Kerajaan Majapahit, kelak hanya tinggal legenda tak berbekas.
Hingga saat ini, Alas Donoloyo masih dikeramatkan masyarakat sekitar, khususnya Kawasan Punden, letak pohon jati pertama ditanam dan dipotong untuk pembangunan Masjid Demak.
Nama Donoloyo merupakan nama pendiri desa di kawasan tersebut, yakni Ki Ageng
Donoloyo, anggota laskar Kerajaan Majapahit saat dipimpin Raja Airlangga. Karena
ingin mengabdi pada Kerajaan Majapahit, Ki Ageng Donoloyo yang tertinggal ketika
mengikuti perjalanan Raja Airlangga, memutuskan untuk menetap di tempat itu,
serta menanam pohon jati, yang ia niatkan bisa dimanfaatkan Kerajaan Majapahit.
Sekian ratus tahun berlalu, kini kelestarian Alas Donoloyo masih dijaga oleh keturunan Ki Ageng Donoloyo. Setiap hari, Dikromo, sang juru kunci hutan, ditemani istrinya, membersihkan kawasan tersebut, khususnya areal Punden. Apalagi menjelang Hari Jumat Pon dan Jumat Kliwon, karena pada hari itu banyak masyarakat datang memberikan sesajen. Pohon jati peninggalan Ki Ageng Donoloyo, hanya tersisa di areal Punden.
Konon, banyak peristiwa aneh terjadi menyangkut Alas Donoloyo. Seperti cerita awal mula digunakannya jati Donoloyo untuk pembangunan Masjid Demak, yakni akibat bayang-bayang ujung pohon jati Donoloyo yang kelihatan di Demak, meskipun jaraknya mencapai puluhan kilometer. Ki Ageng Donoloyo sendiri, dipercaya masih berada di Alas Donoloyo. Karena dari dulu hingga kini, belum diketahui dimana letak makam sang laskar setia majapahit ini.
Jati Donoloyo, rata-rata mempunyai panjang sepuluh meter, dengan garis tengah satu meter, sehingga dinilai sebagai kayu jati dengan kualitas terbaik yang pernah ada. Tak heran jika Masjid Demak serta Keratonan Surakarta, dibangun dari kayu jati Donoloyo.
Saat ini dengan areal seluas lima hektar, alas Jati Donoloyo mulai menunjukkan tanda-tanda kepunahan. Kayu-kayu jati yang terlihat kokoh, sesungguhnya sudah lapuk dimakan zaman.
Kelihatannya, tinggal menunggu waktu, Alas Donoloyo yang menjadi bukti kesetiaan seorang laskar di era Kerajaan Majapahit, kelak hanya tinggal legenda tak berbekas.
Hingga saat ini, Alas Donoloyo masih dikeramatkan masyarakat sekitar, khususnya Kawasan Punden, letak pohon jati pertama ditanam dan dipotong untuk pembangunan Masjid Demak.
Langganan:
Postingan (Atom)