Sabtu, 09 Mei 2015

Rail Bus Bhatara Kresna Solo-Wonogiri


Bus rel Bathara Kresna adalah bus rel (rail bus) milik PT Kereta Api Indonesia, yang beroperasi di rute Solo Purwosari-Wonogiri dan merupakan proyek kerja sama Pemerintah Kota Surakarta dengan PT KAI, pada saat Kota Surakarta dipimpin oleh Joko Widodo.
 Bus rel ini adalah bus rel kedua di Indonesia setelah bus rel Kertalaya di Sumatera Selatan. Bus rel ini diperkenalkan kepada publik pada tanggal 26 Juli 2011, di Surakarta bersama dengan bus bertingkat pariwisata.

 Bus rel ini mulai beroperasi pada tanggal 5 Agustus 2012 dengan rute Sukoharjo-Solo Purwosari-Yogyakarta Tugu. Karena ada jembatan kereta api yang sedang diperkuat antara Stasiun Pasarnguter-Stasiun Wonogiri, untuk sementara bus rel ini hanya sampai Stasiun Sukoharjo.


 Bus rel ini berhenti beroperasi pada sekitar awal tahun 2013 karena rangkaian bus rel yang sering rusak. Bus rel ini dibawa ke pabrik PT Inka di Madiun untuk diperbaiki.
  Hingga 2015 bus rel ini hanya dikandangkan di dipo lokomotif Solo Balapan sampai pada akhirnya PT KAI memutuskan untuk mengoperasikan kembali bus rel ini. Saat ini bus rel telah beroperasi kembali dengan rute Purwosari-Wonogiri pp dengan rute trayek dua kali sehari.

 PT Kereta Api Indonesia (KAI) menetapkan railbus beroperasi dua kali perjalanan pulang-pergi (PP) setelah sebelumnya diinfokan hanya melayani sekali perjalanan dengan harga tiket Rp4.000.
Pemberangkatan Pertama
Purwosari  -  Wonogiri
Stasiun Berangkat
Purwosari 06.00 WIB
Solo-Kota 06.24 WIB
Sukoharjo 06.57 WIB
Nguter 07.19 WIB
Wonogiri 07.45 WIB
Wonogiri  -  Purwosari
Stasiun Berangkat
Wonogiri 08.00 WIB
Nguter 08.28 WIB
Sukoharjo 08.50 WIB
Solo-Kota 09.23 WIB
Purwosari 09.45 WIB

Pemberangkatan kedua
Purwosari  -  Wonogiri
Stasiun Berangkat
Purwosari 10.00 WIB
Solo-Kota 10.24 WIB
Sukoharjo 10.57 WIB
Nguter 11.19 WIB
Wonogiri 11.45 WIB

Wonogiri  -  Purwosari
Stasiun Berangkat
Wonogiri 12.15 WIB
Nguter 12.43 WI
Sukoharjo 13.05 WIB
Solo-Kota 13.38 WIB
Purwosari 14.00 WIB




















 Jadwal operasi KA Perintis Bathara Kresna, berangkat dari Stasiun Purwosari pukul 06.00 WIB, tiba Wonogiri pukul 07.45 WIB dan pemberangkatan kedua berangkat pukul 10.00 WIB tiba di Wonogiri pukul 11.45 WIB. Sebaliknya dari Wonogiri pukul 08.00 WIB - tiba Solo pukul 09.45 WIB, dan kedua pukul 11.45 WIB- tiba Solo pukul 12.15 WIB.



Jumat, 08 Mei 2015

Masjid Tiban, Wonokerso, Wonogiri

 Masjid Tiban, Wonokerso, Desa Sendangrejo, Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri.
Masjid Tiban, menjadi bangunan masjid tertua di Kabupaten Wonogiri. Letaknya sekitar 40 kilometer arah selatan ibukota Kabupaten Wonogiri. Masjid yang didirikan para wali ini, keberadaannya diyakini lebih tua dibandingkan dengan Masjid Agung Demak. Sebab, lebih  dulu ada sebelum masjid legendaris karya para wali di Demak dibangun.

Dari kisah turun-temurun, saat itu para wali hendak membuat Masjid Agung Demak. Akhirnya para wali mencari ke arah selatan, yaitu ke Wonogiri yang diyakini memiliki kayu jati kualitas terbaik.
Tempat yang mereka tuju sebenarnya adalah tempat yang sekarang diberi nama Hutan Donoloyo yang ada di Kecamatan Slogohimo. Kebetulan wilayah Wonokerso dulunya banyak ditumbuhi pohon jati. Diduga salah arah, para wali pun sembari mencari hutan yang tepat akhirnya membangun masjid ini untuk tempat beribadah sekaligus untuk beristirahat sementara waktu. Saat itu belum ada dusun apalagi desa.

di dalam masjid ini ada mimbar kayu jati yang tidak diplitur / poles dengan ukiran yang sederhana

Hingga kini tak satu pun yang berani mengubah bentuk dasar masjid kecuali hanya merenovasi. Atap masjid yang tadinya berupa sirap, diganti dengan genting oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah (BPP) 2002 lalu
seluruh dinding masjid dan lantai masjid ini terbuat dari kayu jati. setelah kita masuk masjid ini, kita akan kagum begitu sejuknya di dalam masjid ini,

 pintu masuk asjid ini hanya cukup untuk satu orang dan itupun juga harus merunduk


 lebih unik lagi, puncak kutbah berbentuk mahkota raja terbuat dari tanah yang belum menampakan kerusakan, meski di makan usia dan didera panas maupun hujan.
 Menurut legenda, itu dibangun oleh para wali, tatkala mengembara untuk mencari kayu jati pilihan sebagai bahan baku saka guru (tiang induk) Masjid Agung Demak. Konon, para wali singgah di rimba Sembuyan dan sempat membuat masjid itu.
Namun ketika di rimba Sembuyan tak ditemukan kayu jati pilihan, para wali meneruskan perjalanannya menuju ke wilayah Keduwang dan menemukan hutan jati Donoloyo, yang pohonnya dinilai layak dipakai untuk membangun masjid Demak. Sejak ditinggalkan, lambat laun masjid tiban ditelan rimba Sembuyan, dan baru ditemukan lagi oleh Pangeran Sambernyawa.

 Konon, Masjid Tiban Wonokerso, dijadikan maket sebelum menentukan bentuk, wujud, dan prototipe bangunan Majid Agung Demak.