Rabu, 29 Maret 2017

BUKIT CUMBRI WONOGIRI



Bukit Cumbri merupakan satu dari ribuan bukit yang ada di Indonesia. Namanya semakin dikenal sejak kemunculannya di media sosial. Karena memang kecanggihan media sosial terbukti ampuh untuk mengenalkan dan menaikkan popularitas dari suatu lokasi. Keindahan panoramanya yang bak surga di dunia, menjadikan Bukit Cumbri tak salah jika dijadikan destinasi buruan bagi para penikmat traveling. Iming iming yang diberikan tempat wisata yang berada di pinggir kota Wonogiri ini memang sangat menggiurkan. Berada di ketinggian 638 mdpl menjadikan Bukit Cumbri memiliki keistimewaan tersendiri. Dari ketinggoan ini akan disuguhi pemandangan bagai berdiri di atas awan.


Bukit Cumbri sendiri terletak di antara perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur, yakni tepatnya di Desa Kepyar, Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri dan juga masuk di Desa Pager Ukir, Kecamatan Sampung, Kota Ponorogo. Ya, memang Bukit Cumbri ini berada di lokasi yang merupakan daerah yang terbagi ke dalam 2 wilayah, yakni Wonogiri dan Ponorogo.


rute yang harus lewati yakni menyusuri jalan Wonogiri menuju Ponorogo. Tak perlu khawatir karena jalanannya sudah lumayan bagus, hanya saja harus pastikan kendaraan dalam kondisi prima. Namun , seperti halnya daerah perbukitan, jalanan menuju Bukit Cumbri ini lumayan memiliki tanjakan yang menantang, sehingga kondisi tubuh harus dalam keadaan fit. Dari tempat parkir kendaraan hingga sampai ke puncak Cumbri di tempuh dengan berjalan kaki yang berute lumayan menanjak. Bagi yang sudah terbiasa hiking, tidak akan bermasalah. Dan, bagi yang tergolong pemula, trek menuju Bukit Cumbri bisa dijadikan tempat “latihan” hiking.


Setelah melakukan trekking hampir 1 jam, maka kini didepanmu akan terhampar sebuah puncak yang indah bernama puncak Cumbri.  Di Bukit Cumbri ini memiliki 2 puncak yang menawan, yang satu menghadap kebarat dan memiliki ketinggian yang lebih rendah dari pada yang menghadap ke arah timur. Berada di puncak Cumbri ini kita akan disuguhi pemandangan yang menawan. Dari puncak ini kita seolah sedang berada di atas awan dan bisa melihat kota Wonogiri lengkap beserta bukit bukit lain yang ada di sekitarnya. Namun keamanan harus tetap menjadi prioritas, selama berada di sini kita harus ekstra berhati hati. Hal ini karena Puncak Cumbri memiliki struktur tanah yang tidak rata dimana banyak batuannya yang lebih tinggi dari yang lain, bahkan di sisi kanan dan kirinya cenderung curam.





http://dolandolen.com




Selasa, 07 Maret 2017

APRI (MARKAS BESAR PANGLIMA JENDRAL SUDIRMAN)

Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur, kini mempunyai obyek wisata sejarah berkelas internasional, menyusul diresmikannya Pengembangan dan Revitalisasi Kawasan Wisata Sejarah Panglima Besar Jenderal Besar Soedirman, Senin (15/12) petang di Pakis Baru, Kecamatan Nawangan. 
Di kawasan wisata sejarah ini, salah satu yang menarik adalah sebuah rumah yang dijadikan Markas Gerilya oleh Panglima Besar Jenderal Besar Soedirman. Rumah milik Karsosoemito, seorang bayan di dukuh sobo ini, selama 3 bulan 28 hari (107 hari), sejak tanggal 1 April 1949 sampai 7 Juli 1949, digunakan sebagai markas oleh Panglima Besar Jenderal Besar Soedirman. 

Dikatakan, Jenderal Soedirman sampai di Pakis Baru, Nawangan, Kabupaten Pacitan, setelah hampir 7 bulan bergerilya keluar masuk hutan, naik turun gunung, dan menjelajah kampung. Kalau Anda berkunjung ke rumah bersejarah ini, Anda dapat menyaksikan dan merasakan betapa dahsyatnya perjuangan Jenderal Soedirman. Medan jalan yang berkelok-kelok, naik-turun pebukitan dengan jurang yang dalam di salah satu sisi jalan. 

Tentu saja alam sekitar yang indah dan berudara sejuk, bahkan mungkin dirasakan sebagian orang sebagai sangat dingin. "Dari arah mana pun perjalanan menuju Pakis Baru, yang dirasakan adalah jalan yang penuh tantangan. Kita bisa merasakan betapa gigihnya perjuangan Jenderal Besar Soedirman, walau dalam kondisi sakit-sakitan," kata Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono
Markas Gerilya Jenderal Soedirman ini terletak 32 km arah timur dari pusat pemerintahan di Kabupaten Pacitan. Dapat ditempuh dengan kendaraan mobil selama satu jam perjalanan. Rumah ini juga dapat ditempuh dari Kota Solo, Jawa Tengah, dengan perjalanan darat selama kurang lebih 3 jam. Atau melalui Yogyakarta selama 4 jam perjalanan. Tidak jauh dari Markas Gerilya ini, sekitar 2 km, terdapat kompleks Monumen Patung Panglima Besar Jenderal Besar Soedirman yang sangat megah. 


Ada apa di Markas? 

Sebagai rumah bersejarah, wisatawan bisa melihat situasi dan kondisi rumah yang dijadikan Markas Perang Gerilya ini. Rumah yang menghadap ke arah utara ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian depan yang disambungkan dengan bagian belakang. Rumah bagian depan berbentuk empat persegi panjang, berukuran 11,5 x 7,25 meter persegi, sedangkan rumah bagian belakang berukuran 10,2 x 7,3 meter persegi. 
Rumah ini berlantaikan tanah liat. Rumah bagian depan dindingnya terbuat dari papan kayu (gebyok). Sementara rumah bagian belakang dindingnya terbuat dari anyaman bambu (gedhek). Pada ruangan depan terdapat 2 buah pintu, dan terdapat tiang-tiang kayu yang menyangga konstruksi atap. Di ruangan ini juga terdapat 4 buah kamar tidur, yang salah satunya merupakan kamar tidur Panglima Besar Soedirman. Kamar tidur lainnya pernah ditempati ajudan Beliau, yaitu Soepardjo Rustam dan Tjokro Pranolo. 


Di rumah bagian depan, dipamerkan kamar tidur Panglima Besar Soedirman, serta foto-foto Beliau ketika foto bersama dengan masyarakat di depan rumah bersejarah ini. Juga foto ketika berangkat bergerilya dan ketika Beliau pulang ke Yogyakarta

Selain itu, di runag depan juga disajikan tiruan tandu, meja-kursi tamu, dan tempat tidur pengawal/ajudan Beliau. Di ruang bagian belakang terdapat peralatan audiovisual, untuk menyaksikan tayangan tentang Panglima Besar Jenderal Besar Soedirman. 

Juga bisa dilihat peralatan dapur, alat-alat memasak, tempayan, dan peralatan lainnya. Ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengunjungi rumah bersejarah ini, juga dipamerkan baju hangat yang dipakai Jenderal Soedirman, ikat kepala warna hitam, dan keris, yang dipinjamkan sementara dari Museum Jenderal Besar Soedirman.

Di masa gerilya di ruangan rumah terdapat satu set meja dan kursi tamu yang terbuat dari kayu serta balai-balai dari bambu. Ruang bagian belakang, yang diduga dimanfaatkan sebagai dapur dan tempat penyimpanan berbagai peralatan, tidak terdapat kamar. Pada rumah bagian belakang ini juga terdapat tiang-tiang serta terdapat sebuah pintu. Atap rumah berbentuk dua buah limasan yang disambungkan dengan talang di tengahnya. Genting penutup atap rumah terbuat dari tanah liat. 

Untuk lebih memberikan informasi tentang arti penting rumah bersejarah Markas Gerilya ini, di dalam rumah kini dilakukan penataan berupa pemasangan papan informasi, foto koleksi, dan perabotan. Di depan rumah disajikan sekilas tentang sejarah dan rute Perang Gerilya, sejak berangkat hingga kembali ke Yogyakarta





http://travel.kompas.com




Kamis, 02 Maret 2017

WADUK SONG PUTRI, EROMOKO, WONOGIRI

WADUK SONG PUTRI
Waduk Song Putri adalah sebuah waduk
buatan dng tujuan untuk saluran irigasi
persawahan, dikatakan Song Putri, karena
diatas waduk tersebut ada sebuah Gua yang
namanya Song Putri, terletak di Kecamatan
Eromoko Kab. Wonogiri, jarak 39 km dari
Kota Wonogiri, dari Eromoko ke selatan arah
Pracimantoro 4 km kemudian masuk ke arah
kanan, pegunungan.
Desa:Sindukarto
Kecamatan:Eromoko
Kabupaten:Wonogiri
Provinsi:Jawa Tengah
Nama Sungai:S. Kuweni dan S. Mlati
Luas Catchment:2.67 km2
Elevasi:224 m
Volume:651.000 m3
Luas Layanan:517 ha
Fungsi:- Untuk Irigasi
Tahun Pembuatan:1985
Kondisi:Rusak Ringan

KAMIS 22 AGUSTUS 1985 Setiba di Solo pagi ini, Presiden dan Ibu Tien Soeharto menghadiri upacara peresmian Waduk Song Putri, Wonogiri, Jawa Tengah. Presiden meresmikan waduk ini dengan menandatangani prasasti dan membuka pintu waduk. Pada kesempatan itu Kepala Negara mengadakan dialog dengan para petani setempat. Sementara itu Ibu Tien Soeharto menyerahkan bibit penghijauan kepada Kepala Desa Windukerto, Wonogiri.
Memberikan kata sambutan pada acara peresmian, Presiden mengatakan antara lain bahwa salah satu syarat untuk meningkatkan pembangunan adalah memperbesar dan memperbanyak keterampilan untuk membangun dalam segala bidang. Sebab, pada akhimya, berhasil atau gagalnya pelaksanaan pembangunan sepenuh-penuhnya berada di tangan kita sendiri. Tidak ada orang lain yang dapat menolong kita jika kita tidak dapat menolong diri kita sendiri. Dalam rangka itulah mudah bagi kita untuk terus menambah tenaga-tenaga yang cakap dan terampil dalam segala lapangan pembangunan dan di segala tingkatan. (AFR)