Sabtu, 11 Mei 2013

Mangkunegaran Performing Art 2013

Tari Bedhaya (baca bedoyo) Bedah Madiun diciptakan oleh KGPAA Mangkunegara VII dan ditarikan oleh 7 penari putri. Tarian klasik dan sakral ini merupakan tarian yang unik karena kostum dan gerakannya hanya ditemukan di Puro Mngkunegaran.
Tarian sakral ini menceritakan tentang perselisihan antara Panembahan Senopati dengan Kadipaten Madiun yang dipimpin oleh Adipati Madiun. Setelah Adipati Madiun kalah, dengan pertempuran dilanjutkan oleh anaknya yang bernama Retno Ismiah. Tetapi bertemu dengan Panembahan Senopati, dia jatuh hati padanya. Akhirnya keduanya mengakhiri pertempuran dan memadu kasih.
 
Tari Harjuna Newata Kawaca, yang menceritakan tentang peperangan Raden Harjuna dari Madukara melawan Prabu Newata Kawaca dari Kerajaan Himalmantaka. Tarian tersebut diciptaan dari KGPAA Mangkunegara V yang merupakan salah satu tarian bercirikan kepahlawanan.
Singkat cerita, peperangan sengit terjadi antara Raden Harjuna dan Prabu Newata Kawaca yang akhirnya berhasil dimenangkan oleh Raden Harjuna.
 
Raja Lesanpura yang marah dan dendam kepada Prabu Inu Kertapati karena Prabu Inu Kertapati berhasil memperistri Dewi Galuh Candrakirana sebagai Permaisuri di kerajaan Jenggala.
Meskipun telah kalah dalam sayembara memperistri Dewi Galuh Candrakirana, Prabu Klana Sewandana terus berupaya untuk memperistri Dewi Galuh Candrakirana meskipun sudah tahu Dewi Galuh telah menjadi permaisuri di kerajaan Jenggala, diperistri oleh Prabu Inu Kertapati.
Perkelahian anatara Prabu Klana Sewandana dan Prabu Inu Kertapati pun menjadi peperangan anatara Kerajaan Lesanpura dan Kerajaan Jenggala.
 

Tari gemulai empat penari ini dicipta pada era Mangkunegara V (1881-1886). Srimpi ini menggambarkan prajurit perempuan yang tengah berlatih olah kanuragan. Itulah mengapa penari menggunakan cundrik atau keris kecil dan panah. Srimpi Mandrarini menjadi pengingat bahwa Mangkunegaran mempunyai sejarah keprajuritan perempuan seperti dirintis Matah Ati.