Rabu, 13 November 2013

Masjid Agung Jawa Tengah, Semarang

Masjid Agung Jawa Tengah merupakan salah satu masjid termegah di Indonesia. Masjid dengan arsitektur indah ini mulai dibangun pada tahun 2001 dan selesai pada tahun 2006. Kompleks masjid terdiri dari bangunan utama seluas 7.669 m2 dan halaman seluas 7.500 m2.  Masjid Agung Jawa Tengah terletak di jalan Gajah Raya, tepatnya di Desa Sambirejo, Kecamatan Gayamsari.



Masjid Agung Jawa Tengah Semarang ini dibangun pada hari Jumat, 6 September 2002 yang ditandai dengan pemasangan tiang pancang perdana yang dilakukan Menteri Agama Ri, Prof. Dr. H. Said Agil Husen al-Munawar, KH. MA Sahal Mahfudz dan Gubernur Jawa Tengah, H. Mardiyanto, akhirnya Masjid Agung Jawa Tengah Ini diresmikan oleh Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 14 November 2006.


Arsitektur Jawa terlihat pada beberapa bagian, misalnya pada bagian dasar tiang masjid menggunakan motif batik seperti tumpal, untu walang, kawung, dan parang-parangan. Ciri arsitektur Timur Tengah (Arab) terliat pada dinding masjid dinding masjid yang berhiaskan kaligrafi. Selain itu, di halaman Masjid Agung Jawa Tengah terdapat 6 payung hidrolik raksasa yang dapat membuka dan menutup secara otomatis yang merupakan adopsi arsitektur bangunan Masjid Nabawi yang terdapat di Kota Madinah. Masjid ini juga sedikit dipengaruhi gaya arsitektur Roma. Gaya itu nampak pada desain interior dan lapisan warna yang melekat pada sudut-sudut bangunan.

Di masjid ini juga terdapat Al qur`an raksasa tulisan tangan karya H. Hayatuddin, seorang penulis kaligrafi dari Universitas Sains dan Ilmu Al-qur`an dari Wonosobo, Jawa Tengah. Tak hanya itu, ada juga replika beduk raksasa  yang dibuat oleh para santri Pesantren Alfalah Mangunsari, Jatilawang, Banyumas, Jawa Barat.
 











Sabtu, 09 November 2013

Tugu Muda, Semarang

Memperingati pertempuran 5 hari di Semarang, Pemerintah Kota Semarang pada 10 November 1950, membangun Tugu Muda sebagai monumen peringatan. Monumen Tugu Muda ini oleh Presiden Soekarno diresmikan 20 Mei 1953. Bangunan bersejarah ini, terletak di pertemuan jalan protokoler Kota Semarang yang banyak merekam peristiwa penting selama lima hari pertempuran.




 
di bagian atas Tugu Muda berbentuk seperti lilin, yang menyiratkan bahwa semangat juang para pejuang untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia tidak akan pernah padam. Bentuk Tugu Muda adalah sebuah monumen dengan landasan berbentuk pentagon. Tugu Muda terdiri dari 3 (tiga) bagian pondasi, badan dan kepala.


Tugu Muda Semarang terletak di tengah persimpangan Jalan Pandanaran, Jalan Mgr Soegijapranata, Jalan Imam Bonjol, Jalan Pemuda dan Jalan Dr. Sutomo. Sebelah Utara tugu ini ini terdapat Gedung Pandanaran yang kini menjadi perkantoran Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang. Di sebelah Timur terdapat Lawangsewu, di sebelah selatan berhadapan dengan Museum Mandala Bhakti, dan sebelah barat terdapat Wisma Perdamaian yang merupakan rumah dinas gubernur Jawa Tengah.







Monumen ini didirikan untuk memperingati peristiwa pertempuran lima hari di Semarang. Peletakan batu pertama berlangsung pada tanggal 28 Oktober 1945, oleh Mr Wongsonegoro (Gubernur Jawa Tengah pada saat itu) di lokasi yang direncanakan di dekat alun-alun. Tapi sejak perang meletus pada November 1945 melawan Sekutu dan Jepang, proyek ini menjadi terbengkalai. Kemudian pada tahun 1949, Badan Koordinasi Pemuda Indonesia (BKPI), memprakarsai gagasan untuk membangun monumen kembali, namun karena kurangnya dana, ide ini belum pernah dilakukan. Pada tahun 1951, Walikota Semarang, Hadi Soebeno Sosro Wedoyo, membentuk komite Tugu Muda, rencana pembangunan tidak lagi pada lokasi alun-alun, tapi lokasi di mana kejadian lima hari pertempuran yang pada pertemuan di Semarang Jalan Pemuda , Imam Bonjol Street, Dr Soetomo Street, dan Pandanaran Street dengan Lawang Sewu seperti lokasi saat ini. Akhirnya pada tanggal 10 November 1951, Gubernur Jawa Tengah Boediono meletakkan batu fondasi di lokasi baru.
Tugu Muda diresmikan pada tanggal 20 Mei 1953, bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional, oleh Ir. Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia. Desain dilakukan oleh Salim, sedangkan relief pada monumen itu dilakukan oleh seorang seniman bernama Hendro. Batu yang digunakan didatangkan dari Kaliurang dan Paker.



Sabtu, 02 November 2013

PANTAI MARON, SEMARANG

Pantai Maron yang terletak di sebelah barat Semarang, tepatnya di sekitar muara Sungai Silandak ini, bisa ditempuh dari dua tempat, yaitu dari Bandara Ahmad Yani atau dari Perumahan Graha Padma, Krapyak. Kira-kira berjarak 3 km dari jalan raya kita sudah bisa sampai di lokasi. Jika menggunakan kendaraan bisa ditempuh sekitar 10 menit. Namun jika ingin jalan kaki, dari ujung perumahan Graha Padma saja bisa memakan waktu 30 menit. (wilkipedia)

Selain berenang, para Patualang bisa menikmati ombak yang menderu lembut sambil duduk. Atau menikmati makanan yang banyak dijual disekitar pantai dengan harga kompetitif. Mulai minuman dingin hingga makanan berat tersedia di warung-warung Pantai Maron. Walaupun maron tidak langsung menghadap ke arah barat, namun Petualang bisa menikmati indahnya sunset yang tercipta disisi barat laut pantai Maron. Kalau mujur bisa mendapat sang surya yang lembut mulai menuruni lautan yang bergerak tenang. Hal yang sama juga bisa dinikmati di Pantai Marina Semarang yang letaknya tak jauh dari Pantai Maron. Namun disayangkan, keindahan pantai Maron mulai berganti tidak seperti pertama kali hadir di tengah masyarakat Kota Semarang. (http://coretanpetualang.wordpress.com/)
















Selasa, 08 Oktober 2013

Masjid Besar Pakualaman, DIY

Sebagai wilayah kadipaten, Pura Pakualaman Yogyakarta juga memiliki masjid tempat ibadah sebagaimana Kraton Yogyakarta. Masjid ini bernama Masjid Besar Pakualaman  berlokasi di Kauman, Kecamatan Pakualaman, tepatnya di sebelah barat daya Pura Pakualaman Yogyakarta.
Masjid Besar Pakualaman dibangun oleh Pakualam II yang berkuasa antara tahun 1829 hingga 1858. ada yang unik dari masjid ini. Selain memiliki mikhrab dan mimbar, Masjid Besar Pakualaman juga memiliki maksura, sebuah tempat khusus di ruang utama masjid. Menurut Sekretaris Takmir Masjid, Muhammad Barid Martono, tempat khusus ini diperuntukkan bagi Sri Paduka Pakualam dan kerabatnya jika hendak mengikuti sholat berjamaah di masjid. Walau terkesan special namun tempat khusus tidak dimaksudkan untuk membedakan kasta tetapi lebih ditujukan untuk keamanan bagi Sri Paduka Pakualam dan kerabatnya. Hingga kini, maksura tersebut masih ada, tetapi  siapa pun bisa sholat di tempat khusus tersebut.
Sebagai masjid milik kerajaan, dahulu di depan dan samping masjid terdapat kolam untuk sarana pembersihan diri sebelum memasuki masjid. Namun saat ini kolam tersebut telah diratakan untuk bangunan tambahan sehingga masjid menjadi lebih luas.
Sementara itu, sebelah utara bangunan masjid terdapat rumah dinas penghulu masjid atau ketua takmir yang hingga saat ini masih dihuni.(Rum) ---Editor: Asti
- See more at: http://www.jogjatv.tv/berita/23/07/2013/masjid-besar-pakualaman-yogyakarta#sthash.kGRrezhZ.dpuf
Sebagai wilayah kadipaten, Pura Pakualaman Yogyakarta juga memiliki masjid tempat ibadah sebagaimana Kraton Yogyakarta. Masjid ini bernama Masjid Besar Pakualaman  berlokasi di Kauman, Kecamatan Pakualaman, tepatnya di sebelah barat daya Pura Pakualaman Yogyakarta.
Masjid Besar Pakualaman dibangun oleh Pakualam II yang berkuasa antara tahun 1829 hingga 1858. ada yang unik dari masjid ini. Selain memiliki mikhrab dan mimbar, Masjid Besar Pakualaman juga memiliki maksura, sebuah tempat khusus di ruang utama masjid. Menurut Sekretaris Takmir Masjid, Muhammad Barid Martono, tempat khusus ini diperuntukkan bagi Sri Paduka Pakualam dan kerabatnya jika hendak mengikuti sholat berjamaah di masjid. Walau terkesan special namun tempat khusus tidak dimaksudkan untuk membedakan kasta tetapi lebih ditujukan untuk keamanan bagi Sri Paduka Pakualam dan kerabatnya. Hingga kini, maksura tersebut masih ada, tetapi  siapa pun bisa sholat di tempat khusus tersebut.
Sebagai masjid milik kerajaan, dahulu di depan dan samping masjid terdapat kolam untuk sarana pembersihan diri sebelum memasuki masjid. Namun saat ini kolam tersebut telah diratakan untuk bangunan tambahan sehingga masjid menjadi lebih luas.
Sementara itu, sebelah utara bangunan masjid terdapat rumah dinas penghulu masjid atau ketua takmir yang hingga saat ini masih dihuni.(Rum) ---Editor: Asti
- See more at: http://www.jogjatv.tv/berita/23/07/2013/masjid-besar-pakualaman-yogyakarta#sthash.kGRrezhZ.dpuf
Sebagai wilayah kadipaten, Pura Pakualaman Yogyakarta juga memiliki masjid tempat ibadah sebagaimana Kraton Yogyakarta. Masjid ini bernama Masjid Besar Pakualaman  berlokasi di Kauman, Kecamatan Pakualaman, tepatnya di sebelah barat daya Pura Pakualaman Yogyakarta.
Masjid Besar Pakualaman dibangun oleh Pakualam II yang berkuasa antara tahun 1829 hingga 1858. ada yang unik dari masjid ini. Selain memiliki mikhrab dan mimbar, Masjid Besar Pakualaman juga memiliki maksura, sebuah tempat khusus di ruang utama masjid. Menurut Sekretaris Takmir Masjid, Muhammad Barid Martono, tempat khusus ini diperuntukkan bagi Sri Paduka Pakualam dan kerabatnya jika hendak mengikuti sholat berjamaah di masjid. Walau terkesan special namun tempat khusus tidak dimaksudkan untuk membedakan kasta tetapi lebih ditujukan untuk keamanan bagi Sri Paduka Pakualam dan kerabatnya. Hingga kini, maksura tersebut masih ada, tetapi  siapa pun bisa sholat di tempat khusus tersebut.
Sebagai masjid milik kerajaan, dahulu di depan dan samping masjid terdapat kolam untuk sarana pembersihan diri sebelum memasuki masjid. Namun saat ini kolam tersebut telah diratakan untuk bangunan tambahan sehingga masjid menjadi lebih luas.
Sementara itu, sebelah utara bangunan masjid terdapat rumah dinas penghulu masjid atau ketua takmir yang hingga saat ini masih dihuni.(Rum) ---Editor: Asti
- See more at: http://www.jogjatv.tv/berita/23/07/2013/masjid-besar-pakualaman-yogyakarta#sthash.kGRrezhZ.dpufdddd
Masjid yang menjadi bangunan cagar budaya Yogyakarta ini dibangun oleh Paku Alam II sekitar akhir abad XIX. Masjid ini terletak di luar kompleks Puro, tepatnya di sudut barat laut alun-alun Sewandanan.
Pada prasasti di sebelah utara tertoreh sengkalan: Pandhita Obah Sabda Tunggal yang menunjukkan tahun Jawa 1767 (1839 Masehi). Namun, pada prasasti di sebelah selatan tertoreh sengkalan: Gunaning Pujangga Sapta Tunggal yang menunjukkan tahun Jawa 1783 (1855 Masehi). Sampai sekarang masih diperdebatkan, tahun mana yang merupakan tahun pendirian Masjid tersebut.(http://swaragamajogja.com/ )

S
ebagai wilayah kadipaten, Pura Pakualaman Yogyakarta juga memiliki masjid tempat ibadah sebagaimana Kraton Yogyakarta. Masjid ini bernama Masjid Besar Pakualaman  berlokasi di Kauman, Kecamatan Pakualaman, tepatnya di sebelah barat daya Pura Pakualaman Yogyakarta.
Masjid Besar Pakualaman dibangun oleh Pakualam II yang berkuasa antara tahun 1829 hingga 1858. ada yang unik dari masjid ini. Selain memiliki mikhrab dan mimbar, Masjid Besar Pakualaman juga memiliki maksura, sebuah tempat khusus di ruang utama masjid. Menurut Sekretaris Takmir Masjid, Muhammad Barid Martono, tempat khusus ini diperuntukkan bagi Sri Paduka Pakualam dan kerabatnya jika hendak mengikuti sholat berjamaah di masjid. Walau terkesan special namun tempat khusus tidak dimaksudkan untuk membedakan kasta tetapi lebih ditujukan untuk keamanan bagi Sri Paduka Pakualam dan kerabatnya. Hingga kini, maksura tersebut masih ada, tetapi  siapa pun bisa sholat di tempat khusus tersebut.
Sebagai masjid milik kerajaan, dahulu di depan dan samping masjid terdapat kolam untuk sarana pembersihan diri sebelum memasuki masjid. Namun saat ini kolam tersebut telah diratakan untuk bangunan tambahan sehingga masjid menjadi lebih luas.
Sementara itu, sebelah utara bangunan masjid terdapat rumah dinas penghulu masjid atau ketua takmir yang hingga saat ini masih dihuni.(Rum) ---Editor: Asti
- See more at: http://www.jogjatv.tv/berita/23/07/2013/masjid-besar-pakualaman-yogyakarta#sthash.kGRrezhZ.dpuf


asjid ini. Selain memiliki mikhrab dan mimbar, Masjid Besar Pakualaman juga memiliki maksura, sebuah tempat khusus di ruang utama masjid. Menurut Sekretaris Takmir Masjid, Muhammad Barid Martono, tempat khusus ini diperuntukkan bagi Sri Paduka Pakualam dan kerabatnya jika hendak mengikuti sholat berjamaah di masjid. Walau terkesan special namun tempat khusus tidak dimaksudkan untuk membedakan kasta tetap - See more at: http://www.jogjatv.tv/berita/23/07/2013/masjid-besar-pakualaman-yogyakarta#sthash.kGRrezhZ.dpuf
Masjid Besar Pakualaman dibangun oleh Pakualam II yang berkuasa antara tahun 1829 hingga 1858. ada yang unik dari masjid ini. Selain memiliki mikhrab dan mimbar, Masjid Besar Pakualaman juga memiliki maksura, sebuah tempat khusus di ruang utama masjid. Menurut Sekretaris Takmir Masjid, Muhammad Barid Martono, tempat khusus ini diperuntukkan bagi Sri Paduka Pakualam dan kerabatnya jika hendak mengikuti sholat berjamaah di masjid. Walau terkesan special namun tempat khusus tidak dimaksudkan untuk membedakan kasta tetapi lebih ditujukan untuk keamanan bagi Sri Paduka Pakualam dan kerabatnya. Hingga kini, maksura tersebut masih ada, tetapi  siapa pun bisa sholat di tempat khusus tersebut.
Sebagai masjid milik kerajaan, dahulu di depan dan samping masjid terdapat kolam untuk sarana pembersihan diri sebelum memasuki masjid. Namun saat ini kolam tersebut telah diratakan untuk bangunan tambahan sehingga masjid menjadi lebih luas.
Sementara itu, sebelah utara bangunan masjid terdapat rumah dinas penghulu masjid atau ketua takmir yang hingga saat ini masih dihuni.(Rum) ---Editor: Asti
- See more at: http://www.jogjatv.tv/berita/23/07/2013/masjid-besar-pakualaman-yogyakarta#sthash.kGRrezhZ.dpuf