Di Dusun Bendo Desa Bakalan Kecamatan
Purwantoro, ada bangunan masjid kuno. Tempat beribadahnya umat islam ini, tidak
diketahui kapan pertama kali dibangun atau didirikan. Bahkan, nama masjid ini
tidak tertulis seperti pada umumnya masjid lain.
Karena itu, warga sekitar memberinya nama
sebagai “Masjid Tiban”. Kenapa disebut sebagai
masjid tiban?. Karena sampai saat ini tidak diketahui secara pasti sejarah
berdirinya masjid itu.
.Masjid Tiban ini mulanya berukuran 7 x 7
M2, beratapkan sirap, berdinding kayu jati dan menggunakan mimbar dari kayu
jati yang terbungkus kain mori. Seiring kemajuan jaman, pengunjung kian banyak. Maka pada tahun 1997 masjid dibangun.
Yaitu dengan menambahi terasnya.
Mimbar berbahan kayu berusia ratusan tahun itu dibungkus dengan beberapa lembar kain.
Aroma asap dupa sesekali tertiup masuk ke dalam masjid berukuran 12X12 meter tersebut. Namun, suasana itu tampaknya tidak mengurangi kekhusyukan jamaah dalam menjalankan shalat.
Tempat panyuwunan itu hanya berupa bangunan kecil berukuran sekitar 1X2 meter. Di dalamnya banyak terdapat tumpukan abu sisa pembakaran dupa dan kemenyan. Beberapa macam sesaji ikut menumpuk dalam ruangan kecil yang menghadap utara tersebut. Bagian atap dan gentingnya sudah menghitam karena tertutup jelaga dupa dan kemenyan.
Riwayatnya, konon, saat itu ada seorang
keturunan raja bernama Raden Gunung Sari. Raden Gunung Sari ditugaskan ke
wilayah Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten (saat ini). Raden Gunungsari saat itu
akan dinobatkan untuk mengantikan Sunan Bayat. Tetapi Raden Gunung Sari
menolaknya. Raden Gunung Sari malah memlih berkelana di hutan belantara
Wonogiri.Sampailah Raden Gunung Sari di
Dusun Bendo Desa Bakalan Kecamatan Purwantoro. Di sana Raden Gunung Sari
mendirikan masjid. Bahkan jenasah Raden Gunungsari dimakamkan
di puncak Gunung Bakalan, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kedung Giyono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar