Candi Cetho, candi yang letaknya di Dusun Cetho, Desa
Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Lokasi Candi
Cetho yang berada di lereng gunung Lawu, dengan ketinggian 1.496 meter dari
permukaan laut.
Ketika ditemukan keadaan
candi ini merupakan reruntuhan batu 14 dataran bertingkat, memanjang dari barat
(paling rendah) ke timur, meskipun pada saat ini terlihat 13 teras, dan hanya 9
teras yang dilakukan pemugaran.
Pada
teras ke-14 belas katanya hanya wanita yang masih perawan saja yang bisa sampai
ke teras tersebut.
Pemugaran yang dilakukan oleh Humardani, asisten pribadi
Suharto, pada akhir 1970-an, dalam pemugaran tersebut banyak bangunan yang
ditambahkan seperti gapura dan bale-bale. Hal ini katanya tidak memenuhi kaidah
pemugaran, namun dsisi lain bangunan baru tersebut membuat suasana candi
seperti hidup kembali di jamannya.
Menurut ceritanya candi ini merupakan tempat pesanggrahan Brawijaya sebelum beliau moksa di puncak Lawu. Sebenarnya
candi ini belum terselesaikan seluruhnya, karena saat itu Brawijaya
tengah dalam pelarian dikejar-kejar oleh pasukan Raden Patah dari Demak.
Kala itu, dari Desa Seto Brawijaya lalu lari ke Desa Sukuh dan
mendirikan pula sebuah candi di sana.
Namun, sebelum pindah ke Desa Sukuh, pada puncak Candi Ceto ini Brawijaya sempat mendirikan arca dirinya yang dinamakan Nala Genggong.
Melihat gapura Candi Seto mengingatkan kita akan bentuk-bentuk gapura
di Pulau Bali. Tak salah memang, karena Candi Seto merupakan peninggalan
Kerajaan Majapahit yang merupakan kerajaan Hindu di tanah air. Candi
berundak yang menghadap ke barat, menjadi simbol berakhirnya Kerajaan
Majapahit.

Terdapat sebuah tataan batu mendatar di permukaan tanah
yang menggambarkan kura-kura raksasa, surya Majapahit. Kura-kura adalah
lambang penciptaan alam semesta sedangkan penis merupakan simbol
pencpiptaan manusia. Terdapat penggambaran hewan-hewan lain, seperti
mimi, katak, dan ketam. Pada aras ke delapan terdapat arca phallus (
disebut “kuntobimo”) disisi utara dan arca Sang Prabu Brawijaya V dalam
wujud Mahadewa. Pemujaan terhadap arca ini melambangkan ungkapan syukur
dan pengharapan atas kesuburan yang melimpah atas bumi. Dan yang
terakhir adalah aras ke sembilan merupakan aras tertinggi sebagai tempat
pemanjatan doa. Disini terdapat bangunan batu berbentuk kubus.
Disebut Cetho, karena di dusun ini orang dapat melihat dengan sangat
jelas pemandangan pegunungan yang mengitarinya yaitu Gunung Merbabu,
Gunung Merapi, Gunung Lawu, dan di kejauhan tampak puncak Gunung Sindoro
dan Gunung Sumbing
Sumber:
http://www.catatannobi.com
http://sejarah-puri-pemecutan.blogspot.co.id
http://www.jalansolo.com
http://candi1001.blogspot.co.id